Pengelolaan Keuangan Penting untuk Milenial dan Gen Z, Ini Tipsnya

11 September 2023
Pengelolaan Keuangan Penting untuk Milenial dan Gen Z, Ini Tipsnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Gaya hidup yang dinamis ditambah minimnya pengetahuan pengelolaan keuangan, membuat generasi milenial dan gen Z merasa sulit untuk mengatur keuangan. Sebagian milenial dan gen Z juga masin sulit mengatur keuangan sesuai skala prioritas. Keberhasilan mengelola keuangan sendiri sangat ditentukan oleh kedisiplinan dalam menjaga konsistensi gaya hidup hemat dan cerdas. Hidup hemat adalah mampu untuk mengutamakan kebutuhan di atas keinginan serta mengatur pemenuhan kebutuhan dengan hal-hal berkualitas secara efisien.


Hidup hemat bukan berarti menekan pengeluaran sehingga tidak memperhatikan kualitas, tetapi mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan seimbang dengan penghasilan. Sehingga pengelolaan keuangan akan lebih baik. Apalagi fenomena You Only Live Once (YoLo) dan Fear of Missing out (FoMo) tengah marak terjadi. Hal ini juga menjadi tantangan terbesar bagi milenial dan gen z dalam mengelola keuangannya.


Kepala Departemen Literasi, Ink usi Keuangan, dan Komunikasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Aman Santosa menilai, literasi keuangan menjadi suatu hal yang penting agar para milenial dan gen Z saat ini dapat mengedepankan kebutuhan dibanding keinginan. "Jadi prinsipnya kalau kita sudah suka membeli yang tidak diperlukan, kalau membeli sesuatu yang tidak produktif, siap-siap lah tidak membeli barang yang dibutuhkan sebelumnya," ujar Aman dalam keterangannya pada acara Financial Literacy Roadshow bertema "Visi Indonesia Emas 2045: Milenial Melek Keuangan, Cari Cuan dan Aman" di FEB UI, dikutip pada Kamis (7/9/2023).


Dalam pengelolaan keuangan, lanjutnya, milenial dan gen Z perlu memerhatikan hal-hal yang penting dalam memilin produk dan layanan jasa keuangan untuk mengelola manajemen keuangannya. "Kenali produknva, pahami fiturnva, manfaat dan risikonya, pahami hak dan kewajiban sebagai konsumen, termasuk mekanisme perlindungan konsumennya," tutur Aman.


Lebih lanjut, milenial dan gen Zjuga perlu memperhatikan barang- barang apa saja yang memang dianggap penting untuk kebutuhan sebelum terlaniur melakukan transaksi pembelian terhadap barang tersebut. "Intinya kita ingin mengatakan wisdom (kebijaksanaan) yang kedua adalah teliti sebelum membeli, kita sebelum transaksi pahami betul-betul itu merupakan kebutuhan yang kita butuhkan," ungkap Aman.


Hal terakhir yang dapat dilakukan dalam memilih produk ataupun layanan iasa keuangan adalah terkait dengan legalitasnya, apakah produk ataupun layanan tersebut diawasi oleh OJk atau tidak, dan bersifat legal atau ilegal. "Yang legal itu berizin di OJk, yang tidak legal tidak berizin dari OJK, kalau tidak berizin hampir dipastikan bisa menyesatkan," papar Aman.


Adapun produk keuangan yang terdaftar di oJk, sudah tentu diawasi dan mengikuti aturan main yang harus dipatuhi sehingga konsumen akan relatif lebih aman. Untuk itu Aman mengimbau, jangan sampai kaum milenial terjerumus ke dalam lingkaran pinjol ilegal. Dirinya meminta anak muda agar dapat membedakan mana pinjol yang legal dan ilegal di tengah menjamurnya pinjiol yang menyesatkan masyarakat.


Generasi milenial dan gen Z memang dinilai sebagai generasi paling adaptif terhadap perkembangan zaman. Salah satunya, tren penggunaan paylater untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup seperti memesan makanan, fashion hingga agen perjalanan. Apalagi, belakangan kaum milenial dan gen z begitu dimanjakan dengan akses sektor finansial. "Bayangkan saja dengan one click, mereka bisa melakukan apa saja seperti memesan makanan hingga produk fashion dengan pay later,' terang Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Teguh Dartanto.


la mengungkapkan, layanan pay later saat ini hadir di berbagai platform digital memberikan kemudahan. Apalagi proses pendaftarannya relatif cepat dan pengajuannya mudah. Namun di satu sisi, penggunaan pay later yang berlebihan bisa menjadi bumerang bagi penggunanya. Bagai pisau bermata dua. Alih-alin ingin memudahkan beragam kebutuhan hidup justru bisa membelit masalah finansial. Untuk itu, dirinya mewanti-wanti kaum muda untuk bijak dalam menggunakan layanan pay later. Jangan sampai menimbulkan masalah keuangan di kemudian hari. Pasalnya, hal tersebut bisa memberikan credit score buruk bagi pengguna yang tercatat dalam BI Checking atau kini populer dengan istilah Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK). Sementara itu, Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri, Dian Ayu Yustina, menyarankan, produk investasi yang cocok untuk kaum milenial saat ini adalah obligasi, karena bersifat kepemilikan surat berharga yang tentunya relatif aman.


"obligasi itu salah satu alternatif investasi yang relatif aman, kenapa? karena dia sifatnya pendapatan tetap dia sifatnya itu kepemilikan surat berharga, surat utang yang bisa dihold sampai jatuh tempo dapat nanti kupon ya atau bisa dijualbelikan sebelum jatuh tempo, nanti bisa dapat yang namanya capital gain," ujarnya. Menurutnya, obligasi berbeda dengan investasi saham yang sangat bergantung pada fluktuasi harga saham, dimana mengikuti keadaan perekonomian Indonesia maupun global. "Bisa jadi kalau kita invest di saham, sahamnya jelek, perusahaannya jelek, sahamnya turun begitu kita ambi, uangnya hilang sebagian merugi, tapi kalau obligasi cenderung lebih aman" imbuhnya. Adapun, salah satu jenis obligasi yang sangat diminati saat ini adalah obligasi pemerintah, karena obligasi pemerintah biasa disebut dengan safe haven asset atau aset yang relatif aman karena dimiliki langsung oleh pemerintah dan tentunya aset tersebut dapat terijaga dengan baik.


“Nah ini kelihatan juga bahwa kepemilikan obligasi pemerintah olen investor ritel, investor individu itu meningkat tajam, dan pemerintan juga merespon ini dengan menerbitkan obligasi yang bisa dibeli oleh individu obligasi ritel, penerbitannya jadi lebih sering,' jelasnya.